Tetralogi Buru: Sumbangan Indonesia Untuk Dunia

Sebelum memulai postingan ini, saya putuskan untuk mengganti ‘wadah’ pemikiran curhatan dan omel-omelan ini.  Sesuai dengan nama barunya sebagai pengganti, bahwa saya pikir semua rekaman tertulis yang ada di sini akan menjadi cerita-cerita usang di masa mendatang.

Sumbangan Indonesia untuk dunia, tulisan dengan bold yang berada di sampul belakang dari setiap seri tetralogi ini menjadi judul postingan kali ini. Empat buah buku fiksi roman, yang selalu membuat saya kaget sehabis selesai tiap serinya, seperti sebuah realitas yang terangkum dalam senyata-nyatanya roman fiksi.

Minke adalah tokoh sentral yang menjadi sorotan cerita ini, seorang pribumi dengan pendidikan eropa yang berjuang untuk kesetaraan dan kehormatan bangsanya. Seorang philogynik  dengan perabaan peka dan tajam untuk menangkap musik kehidupan sekaligus ratap-tangisnya, sang manusia yang ditampilkan bukan sebagai hewan, raksasa,dewa atau hantu, tetapi sebagai sebuah pemahaman manusia di Bumi manusianya.

Pram membuat sebuah dunia penghubung antara dunia nyata dan fiksi dalam tetralogi ini, dunia yang berada dalam gegap gempita pertarungan ideologi. Cerita dari judul pertama sampai ketiga mengambil perspektif dari tokoh sentral Minke tersebut, tetapi pada judul keempat, pembaca akan diubah perspektifnya melalui tokoh lain yang juga sedang mengalami pergolakan batin dibawah keagungan Minke, tokoh Pangemanann dengan dua n. Disinilah kehebatan Pram untuk membawa pembaca terseret alur yang dibawa Pram. Berat pada awalnya, tapi kemudian seakan terseret arus cerita yang ingin segera tahu kemana ujung alirannya. Kedalaman makna, keunggulan dan pesan tematik yang membuatnya seperti itu.

Saya mengenal cerita ini baru sekitar beberapa waktu lalu, mungkin hampir tiga tahun yang lalu. Secara pribadi saya paling terkesan dengan judul ketiga, Jejak Langkah. Seperti jembatan dari suatu fasilitas yang diberikan eropa menuju kemandirian sepenuhnya. Judul ketiga juga secara pribadi menurut saya menampilkan romantisme yang paling berkesan, romansa dengan tokoh yang diceritakan sebagai bagian dari pergerakan etnik Tionghoa, Ang San Mei.

Pram memang sudah berpulang, tapi beliau sudang menyumbangkan karyanya, bagian dari Indonesia untuk dunia. Buku tetralogi buru sebagai karyanya yang monumental tetap hidup, hidup dan berkontribusi untuk kita dan mereka, hidup sebagai anak rohani dari Pramoedya Ananta Toer.

“Seorang terpelajar harus juga belajar berlaku adil sudah sejak dalam pikiran, apalagi perbuatan”. (Jean Marais, 52)

-Bumi Manusia-

“Kehidupan lebih nyata daripada pendapat siapa pun tentang kenyataan”. (Kommer, 199)

-Anak Semua Bangsa-

“Setiap hak yang berlebihan adalah penindasan”. (Minke, 82)

-Jejak Langkah-

“Hidup sungguh sangat sederhana. Yang hebat-hebat hanya tafsirannya”. (Pangemanann, 46)

-Rumah Kaca-

Pramoedya Ananta Toer

Sumber Gambar

3 thoughts on “Tetralogi Buru: Sumbangan Indonesia Untuk Dunia

Leave a reply to Andrea A Johnson Cancel reply